Puan Maharani Menangis Saat Pidato di Rapat Paripurna Terakhir DPR 2019-2024
Puan Maharani, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, tidak dapat menahan air mata saat menyampaikan pidato penutupan dalam Rapat Paripurna terakhir DPR periode 2019-2024. Momen emosional tersebut terjadi pada tanggal 29 September 2024, ketika Puan mengenang perjalanan panjang lima tahun DPR dan tanggung jawab besar yang telah ia emban sebagai Ketua DPR wanita pertama di Indonesia.
Dalam pidatonya, Puan mengungkapkan rasa terima kasih kepada seluruh anggota DPR, baik dari koalisi maupun oposisi, yang telah bekerja keras untuk membahas berbagai isu penting demi kepentingan bangsa. Menurutnya, periode ini penuh tantangan, terutama dalam menghadapi pandemi COVID-19 dan berbagai dinamika politik serta sosial yang menyertainya. Namun, Puan juga menekankan bahwa mereka telah bekerja bersama dengan sepenuh hati untuk mewujudkan kinerja yang bermanfaat bagi rakyat.
Momen Emosional
Di tengah pidato, Puan mulai tampak terharu ketika berbicara tentang tanggung jawab yang diembannya selama lima tahun terakhir, baik sebagai Ketua DPR maupun sebagai bagian dari generasi penerus keluarga besar politik Indonesia. Saat berbicara tentang pengorbanan dan dukungan keluarga, suara Puan mulai bergetar, dan ia pun tak mampu menahan tangis. Dukungan keluarganya, terutama peran penting almarhum kakeknya, Bung Karno, dalam perjalanan politik Indonesia, tampaknya memberikan beban moral yang berat namun bermakna bagi Puan.
“Tidak mudah bagi saya sebagai perempuan, seorang ibu, sekaligus pemimpin lembaga negara ini. Tapi saya bersyukur kita semua bisa melalui ini bersama-sama,” ucap Puan dengan suara terisak, diiringi tepuk tangan dari para anggota DPR dan tamu undangan.
Prestasi dan Kritik
Selama memimpin DPR, Puan Maharani menghadapi berbagai sorotan, baik pujian atas pencapaiannya maupun kritik terhadap beberapa kebijakan kontroversial. Beberapa pihak mengapresiasi ketegasannya dalam memimpin sidang dan menjaga integritas lembaga legislatif. Namun, ada juga kritik terkait RUU kontroversial yang dianggap kurang melibatkan partisipasi publik, seperti UU Cipta Kerja dan UU KPK.
Meskipun begitu, Puan menyebutkan bahwa segala kebijakan yang dibuat DPR selama masa jabatannya didasarkan pada prinsip untuk kebaikan bangsa. Ia juga menyoroti capaian-capaian DPR, termasuk penyelesaian berbagai undang-undang prioritas dan pengawasan terhadap kinerja eksekutif.
Penutupan dan Harapan
Menutup pidatonya, Puan berharap agar DPR selanjutnya dapat terus melanjutkan perjuangan untuk memperbaiki nasib rakyat dan menjaga keseimbangan demokrasi. Ia juga berpesan agar siapapun yang kelak menjadi pemimpin di masa depan, dapat menjaga kehormatan lembaga legislatif ini dan terus bekerja untuk kepentingan rakyat.
“Perjalanan ini masih panjang, tetapi saya yakin kita telah meletakkan fondasi yang kuat untuk masa depan yang lebih baik,” tutup Puan dengan penuh harap.
Rapat Paripurna tersebut menandai berakhirnya masa jabatan DPR periode 2019-2024, sekaligus mengukir sejarah bagi Puan Maharani sebagai sosok perempuan pertama yang berhasil memimpin DPR RI. Tangis harunya menjadi simbol dari perjalanan penuh tantangan yang ia lalui, serta harapan besar bagi masa depan politik Indonesia.